
Hakikat Maryam
Rp. 750.000-.
Penulis: Susilawati Susmono
ISBN: 978-602-8478-66-3
Kertas: HVS 70 gram
Ukuran: B5
Jumlah halaman: 79
Penerbit: Yayasan Riyadhatul Ihsan Tahun
Terbit: Juni 2024
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
SINOPSIS BUKU
Hakikat Maryam
Sinopsis buku “Hakikat Maryam” menjadi bukti sejarah yang tercatat sebagai buku yang ke-139. Buku ini buku berdasarkan dengan urutan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Pada sinopsis ini didapati tali penghubung antara Sekapur Sirih, Pendahuluan, Serat Hakikat, Sari Pati Hakikat, dan Mutiara Hikmah. Lima hal pokok menjadi sangat erat tersambung, terhubung, dan terikat dengan teguh. Ayat-ayat yang menjadi dasar, baik pada Sekapur Sirih 10 ayat, Pendahuluan 5 ayat, maupun Serat Hakikat dan Sari Pati Hakikat 98 ayat, telah memberikan kekuatan pemahaman, pembelajaran, dan keyakinan, betapa pentingnya umat manusia mengkaji kitab yang tidak terputus dari pengalaman dan pengamalan secara pribadi. Saat di dalam Mihrab maupun keluar Mihrab seluruhnya mengandung muatan kemurnian, baik sebagai manusia individual maupun sosial. Ada batas yang tidak dapat dilampaui, tetapi kemurnian tetap selalu melekat. Benang penghubung dan terikat teguh tentu tidak luput dari adanya kemurnian. Kemurnian Zakaria yang harus diingat saat diberikan rahmat oleh Tuhan digiring oleh Rasulullah SAW menjadi pembuka ayat. Umat Nabi diingatkan supaya memahami tentang artinya rahmat yang begitu besar, murni, dan hakiki yang diberikan Tuhan kepada Zakaria, sehingga diingatkan untuk umatnya tidak lalai tentang hal ini. Perintah untuk mengingat rahmat Tuhan kepada Zakaria, telah tegas dinyatakan oleh Rasul pada awal Surah Maryam. Dari awal atau dari pangkalnya sampai ke akhir atau ujungnya orang- orang yang diberi rahmat oleh Tuhan selalu diabadikan oleh Tuhan untuk diteladani. Buku ini juga mengingatkan seperti awalnya Nabi membuka ayat untuk mengingatkan umatnya proses Nabi Zakaria di dalam Mihrab, keluar Mihrab bertemu kaumnya tidak luput dari kemurnian. Dengan puasa lidah yang diperintahkan Tuhan berhasil untuk menjaga kemurnian Tuhan itu sendiri. Ini juga berlaku bagi Maryam.
***